Blogdope.com – Bagaimana Cara Mengidentifikasi Struktur Fisik Puisi? Keterampilan mengidentifikasi struktur fisik puisi termasuk jenis keterampilan yang wajib dikuasai oleh peserta didik.
Pembelajaran materi mengidentifikasi struktur fisik puisi ini utamanya dibelajarkan pada peserta didik yang duduk dikelas VIII.
Cara Mengidentifikasi Struktur Fisik Puisi dengan Tepat

Agar dapat mengidentifikasi struktur fisik puisi dengan benar, terlebih dahulu harus memahami pengertian, ciri, dan struktur fisik puisi itu sendiri.
Tetapi sebelum masuk ke pembahasan struktur fisik puisi, admin ingatkan untuk subscribe email ke blogdope.com melalui tombol di kanan postingan.
Agar Anda memperoleh update informasi, artikel, dan berita pendidikan terbaru yang pastinya bermanfaat.
Mari kita kembali ke pokok bahasan mengenai cara mengidentifikasi struktur fisik puisi.
Cara Identifikasi Struktur Fisik Puisi
1. Pengertian Puisi
Puisi adalah karya sastra tulis yang berisi ungkapan perasaan penyair dengan menggunakan bahasa bermakna semantis, serta mengandung irama, rima, dan ritma dalam penyusunan larik dan baitnya.
Pengertian puisi yang lain adalah suatu karya sastra yang isinya mengandung ungkapan kata-kata bermakna kiasan dan penyampaiannya disertai dengan rima, irama, larik, dan bait. Gaya bahasa dalam puisi cenderung dipadatkan.
Sebagian kecil ahli bahasa modern menyatakan bahwa puisi adalah perwujudan imajinasi, curahan hati, dari seorang penyair yang mengajak orang lain ke “dunianya”.
Meskipun berbentuk singkat dan padat, secara umum orang lain mengalami kesulitan untuk menjelaskan makna puisi yang disampaikan setiap baitnya.
2. Ciri-ciri Puisi
Beberapa ciri umum sebuah puisi antara lain sebagai berikut.
a. Nama pengarang puisi bisa diketahui, tetapi bisa juga tidak diketahui.
b. Jumlah baris yang terdapat dalam puisi dapat terikat dan sebaliknya bisa juga tidak terikat. Demikian pula halnya dengan jumlah rima, dan iramanya.
c. Gaya bahasa yang dipakai dalam puisi bersifat dinamis dan berubah-ubah.
d. Sifat puisi cenderung simetris atau memiliki bentuk yang rapi.
e. Puisi lebih menggunakan sajak syair atau pola pantun.
f. Bentuk puisi biasanya berbentuk empat seuntai atau bebas.
3. Struktur Fisik Puisi
Secara umum, unsur puisi terbagi menjadi dua jenis, yaitu struktur fisik dan struktur batin. Agar pembahasan tidak terlalu luas, maka pada kesempatan ini hanya akan dibahas mengenai struktur fisik puisi.
Pengertian struktur fisik puisi adalah unsur pembangun puisi dari luar. Puisi tersusun dari kata dengan bahasa yang indah dan bermakna, yang dituliskan dalam bentuk bait-bait.
Seseorang dapat membedakan mana puisi, dan mana yang bukan puisi berdasarkan bentuk lahir atau fisik yang terlihat.
Adapun struktur fisik puisi terdiri atas: a) pilihan kata atau diksi, b) kata konkret, c) majas, d) versifikasi, e) tipografi.
Berikut pembahasan struktur fisik puisi selengkapnya.
a. Pilihan Kata atau Diksi
Salah satu yang menonjol dalam sebuah puisi adalah diksi atau pilihan katanya. Sebagaimana diketahui, bahasa merupakan sarana utama dalam puisi.
Dalam menciptakan sebuah puisi, seorang penyair memiliki tujuan yang hendak disampaikan kepada pembaca melalui puisinya.
Penyair ingin mencurahkan perasaan dan isi pikirannya dengan setepat-tepatnya. Selain itu, ia juga ingin mengekspresikannya dengan ekspresi yang dapat menjelmakan pengalaman jiwanya.
Oleh sebab itu, pilihan kata atau diksi haruslah tepat.
Pada praktiknya, penyair juga mempertimbangkan perbedaan arti yang sekecil-kecilnya dari tiap kata yang dipilih secara cermat.
Kecermatan dalam memilih kata-kata menjadi mutlak karena kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya.
Selain itu juga memperhatikan komposisi bunyi, dalam rima dan irama serta kedudukan kata di tengah konteks kata lainnya. Begitu juga dengan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu.
Mengingat hal-hal di atas, menjadi sangat penting keberadaan diksi atau pilihan kata dalam sebuah puisi.
Sebab diksi yang tepat dapat mencerminkan ruang, waktu, falsafah, amanat, efek, dan nada suatu puisi dengan tepat.
b. Imajinasi atau gambaran angan
Pengimajian puisi dibatasi dengan pengertian kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris. Misalnya penglihatan, pendengaran, dan perasaan.
Terdapat hubungan yang erat antara pemilihan kata, pengimajian, dan kata konkret.
Diksi yang dipilih harus menghasilkan imajinasi. Sehingga kata-kata menjadi lebih konkret sebagaimana yang kita hayati dalam penglihatan, pendengaran, atau citarasa.
Penggunaan kata dan pemilihan kata yang tepat tentu saja dapat memperkuat serta memperjelas daya bayang pikiran manusia.
Selanjutnya energi tersebut akan mendorong imajinasi atau daya bayang kita untuk menjelmakan gambaran yang nyata.
Kita mengenal beragam imajinasi atau gambaran angan dalam puisi. Imajinasi tersebut dihasilkan oleh indera yang dimiliki manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, pengecapan, rabaan, penciuman, pemikiran, dan gerakan.
Di samping itu juga terdapat imaji penglihatan (visual), imaji pendengaran (auditif), dan imaji cita rasa (taktil).
Keseluruhan imaji di atas jika dijadikan satu, secara keseluruhan dikenal beberapa macam imajinasi.
Macam-macam Imajinasi
1) Imajinasi Visual, yaitu imajinasi yang menyebabkan pembaca seolah-olah seperti melihat sendiri apa yang dikemukakan oleh penyair.
2) Imajinasi Auditori, yaitu imajinasi yang menyebabkan pembaca seperti mendengar sendiri apa yang dikemukakan oleh penyair. Suara dan bunyi yang dipergunakan tepat sekali untuk melukiskan hal yang dikemukakan. Sedangkan kata-kata yang dipakai biasanya berjenis onomatope.
3) Imajinasi Articulatori, yaitu imajinasi yang menyebabkan pembaca seperti mendengar bunyi-bunyi dengan artikulasi tertentu pada bagian mulut. Ini terjadi sewaktu kita membaca sajak seakan kita melihat gerakan mulut membunyikannya. Sehingga ikut bagian-bagian mulut kita dengan sendirinya.
4) Imajinasi Olfaktori, yaitu imajinasi penciuman atau pembawaan dengan membaca atau mendengar kata-kata tertentu kita seperti mencium bau sesuatu. Misalnya kita seperti mencium bau rumput yang terbakar, bau tanah yang baru saja dicangkul, mencium bau bunga mawar, dan sebagainya.
5) Imajinasi Gustatori, yaitu imajinasi pencicipan. Dengan membaca atau mendengar kata-kata atau kalimat tertentu, kita seperti mencicipi suatu benda yang menimbulkan rasa asin, pahit, asam, dan sebagainya.
6) Imajinasi Faktual, yaitu imajinasi rasa kulit yang menyebabkan kita seperti merasakan di bagian kulit badan kita rasanya nyeri, dingin, atau panas oleh tekanan udara atau oleh perubahan suhu udara.
7) Imajinasi Kinestetik, yaitu imajinas igerakan tubuh atau otot yang menyebabkan kita merasakan atau melihat gerakan badan atau otot tubuh.
8) Imajinasi Organik, yaitu imajinasi badan yang menyebabkan kita seperti melihat atau merasakan badan yang capai, lesu, loyo, nyantuk, lapar, lemas, mual, pusing, dan sebagainya.
c. Kata Konkret
Daya bayang atau daya imajinasi para penikmat sastra, khususnya puisi, dapat dibangkitkan dengan kata-kata yang tepat.
Dengan kata lain puisi tersusun atas kata-kata konkret yang dapat mengarah pada suatu pengertian menyeluruh.
Semakin tepat seorang penyair menggunakan kata atau bahasa dalam karya sastra, maka akan semakin kuat daya pemikatnya. Sehingga para penikmat sastra akan merasakan sensasi yang berbeda.
Para penikmat sastra akan menganggap bahwa mereka benar-benar melihat, mendengar, merasakan, dan mengalami segala sesuatu yang dialami oleh penyair.
Kesimpulannya, kata konkret adalah kata-kata yang dapat ditangkap dengan indera manusia.

d. Majas atau Bahasa Figuratif
Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan oleh penyair untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa.
Misalnya cara tidak langsung utnuk mengungkapkan makna kata atau bahasa yang bermakna kias (makna lambing).
Bahasa kias pada dasarnya merupakan wujud penggunaan bahasa yang mampu mengekspresikan makna dasar ke asosi lainnya.
Kiasan yang tepat dapat menolong pembaca merasakan dan melihat seperti apa yang dilihat atau dirasakan penulis.
Sedangkan bahasa kias yang sering digunakan dalam puisi dan banyak karya sastra lainnya yaitu:
1) Perbandingan/perumpamaan (simile)
Perbandingan atau perumpamaan (simile) ialah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal yang lain, dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti bagai, bak, semisal, seumpama, laksana, dan lain-lain.
2) Metafora
Metafora merupakan bahasa kiasan yang mirip dengan perbandingan. Tetapi metafora tidak mempergunakan kata-kata pembanding.
Biasanya, metafora menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan yang lain, yang sesungguhnya tidak sama.
3) Personifikasi
Bahasa kias personifikasi mempersamakan benda dengan manusia. Benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir, dan sebagainya.
Personifikasi banyak digunakan oleh penyair dari zaman dulu sampai sekarang.
Di samping itu, personifikasi membuat hidup lukisan. Selanjutnya juga memberi kejelasan kebenaran, memberikan bayangan angan yang konkret.
4) Hiperbola
Hiperbola adalah bahasa kiasan yang berlebih-lebihan. Penyair merasa perlu melebih-lebihkan hal yang dibandingkan itu. Agar memperoleh perhatian yang lebih seksama dari pembacanya.
5) Metonimia
Bahasa kiasan metonomia jarang dijumpai pemakaiannya. Metonimia, dalam bahasa Indonesia disebut dengan kiasan pengganti nama.
Metonimia sendiri dapat berupa penggunaan sebuah atribut objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat hubungannya dengan mengganti objek tersebut.
6) Sinekdoki (syneadoche)
Bahasa kiasan yang menyebutkan sesuatu bagian yang penting dari suatu benda (hal) untuk benda atau hal itu sendiri.
Sinekdoke terdiri atas dua macam, yaitu : a) pars prototo (sebagian untuk keseluruhan), dan b) totum proparte (keseluruhan untuk sebagian)
7) Allegori
Alegori merupakan cerita kiasan atau lukisan kiasan. Cerita kiasan atau lukisan ini mengkiaskan hal lain atau kejadian lainnya.
Perlambangan yang digunakan dalam puisi mencakup: lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, lambang suasana.
e. Versifikasi (Rima, Ritma, Metrum)
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalisasi atau orkestrasi. Sehingga puisi menjadi lebih menarik untuk dibaca.
Dalam puisi, kita dapat menjumpai banyak sekali jenis rima. Misalnya jika menilik dari letaknya terdapat rima:
1) depan, bila kata pada permulaan baris sama
2) tengah, bila kata atau suku kata di tengah baris suatu puisi itu sama
3) akhir, bila perulangan kata terletak pada akhir baris
4) tegak, bila kata pada akhir baris sama dengan kata pada permulaan baris berikutnya.
5) datar, bila perulangan itu terdapat pada satu baris.
Sedangkan bila kita tilik dari letaknya dalam bait puisi, maka terdapat rima:
1) berangkai, dengan pola aabb, ccdd
2) berselang, dengan pola abab, cdef
3) berpeluk, dengan pola abba, cddc
4) terus dengan pola aaa, bbbb
5) patah, dengan pola abaa, bcbb
6) bebas, rima yang tidak mengikuti pola persajakan yang disebut sebelumnya.
7) Efoni, merupakan kombinasi bunyi yang merdu dan indah untuk menggambarkan perasaan mesra, kasih sayang, cinta dan hal-hal yang menggembirakan.
8) Kakafoni, kombinasi bunyi yang tidak merdu, parau, dan tidak cocok untuk memperkuat suasana yang tidak menyenangkan, kacau, serba tak teratur, bahkan memuakkan.
f. Tipografi
Sebagai sebuah karya sastra, puisi memiliki perwajahan atau tipografinya. Ini merupakan ciri-ciri yang dapat dilihat secara sepintas dari sebuah puisi.
Melalui indera mata tampak bahwa puisi tersusun atas kata-kata yang membentuk larik-larik puisi.
Larik-larik tersebut kemudian disusun ke bawah dan terikat dalam bait-bait.
Banyak kata, larik, maupun bait ditentukan oleh keseluruhan makna puisi yang ingin dituliskan penyair.
Dengan demikian, satu bait puisi bisa terdiri dari satu kata, bahkan satu huruf saja.
Sedangkan cara penulisan puisi tidak selalu harus ditulis dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan. Susunan penulisan ini selanjutnya disebut dengan istilah tipografi.
Struktur fisik puisi membentuk tipografi yang khas puisi. Tipografi puisi pada dasarnya merupakan bentuk visual yang bisa emberi makna tambahan. Selain itu, bentuknya bisa didapati pada jenis puisi konkret.
Bentuk tipografi itu sendiri bermacam-macam. Misalnya tipografi grafis, kaligrafi, kerucut, dan sebagainya.
Jadi, tipografi memberikan ciri khas puisi pada periode atau angkatan sastra tertentu.
Demikianlah paparan mengenai cara mengidentifikasi struktur fisik puisi. Semoga uraian terkait mengidentifikasi struktur fisik puisi di atas dapat menambah luas wawasan dan pengetahuan Anda.
Pastikan Anda telah subscribe email ke blogdope.com menggunakan fitur yang tersedia di bawah postingan.
Terima kasih sudah berkenan berkunjung. Semoga bermanfaat.