Blogdope.com – Salah satu materi tes kompetensi profesional Bahasa Indonesia yang diujikan dalam tes seleksi PPPK tahun 2021 adalah keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara merupakan bagian dari keterampilan berbahasa, dalam hal ini bahasa Indonesia. Paparan berikut menjelaskan keterampilan berbicara Bahasa Indonesia pada tes PPPK tahun 2021.
Selain untuk kepentingan persiapan diri menghadapi tes PPPK dan CPNS mata uji kompetensi profesional Bahasa Indonesia, materi keterampilan menulis juga dapat bermanfaat untuk umum.
Baca Juga:
- Pentingnya Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia Bagian 1
- Pahami Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia Bagian 2
Dasar penyusunan artikel keterampilan berbicara pada materi tes Bahasa Indonesia seleksi PPPK dan CPNS tahun 2021 adalah bahan tes PPPK tahun 2021 bidang studi Bahasa Indonesia.
Adapun penyajian materi tes keterampilan berbicara Bahasa Indonesia ini sebisa mungkin menggunakan bentuk yang sederhana sehingga mudah untuk dipahami.
Di samping itu, materi yang tersaji juga merupakan materi tes PPPK kompetensi profesional Bahasa Indonesia utamanya keterampilan berbicara yang sangat sering keluar dalam ujian.
Adapun bentuk penyajian berupa paparan sederhana agar pembaca dalam hal ini calon peserta tes PPPK dan CPNS tahun 2021 dapat langsung memahami inti materi keterampilan berbicara Bahasa Indonesia. Sehingga lebih mudah dalam proses belajar dan mempersiapkan diri.
- Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia dalam Tes PPPK Tahun 2021
- Keterampilan Berbicara Bahan Tes PPPK Bahasa Indonesia Tahun 2021
Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia dalam Tes PPPK Tahun 2021
Pada kesempatan ini, paparan tentang keterampilan berbicara Bahasa Indonesia sebagai referensi materi tes PPPK dan CPNS tahun 2021 memuat pengertian, unsur-unsur, hal yang harus diperhatian, faktor yang mempengaruhi, dan ragam berbicara.
Anda dapat juga menyajikan video interaktif di bawah ini untuk memperoleh gambaran awal mengenai keterampilan berbicara Bahasa Indonesia.
Artikel Populer Lainnya:
- Ringkasan Materi Tes PPPK Bahasa Indonesia SMP SMA Tahun 2021
- Ringkasan Materi Tes PPPK Kompetensi Profesional Bahasa Indonesia
- Soal Latihan Tes PPPK Kompetensi Profesional Bahasa Indonesia 2021
Keterampilan Berbicara Bahan Tes PPPK Bahasa Indonesia Tahun 2021
Keterampilan berbicara yang dibahas dalam kesempatan kali ini terdiri atas pengertian, unsur-unsur, hal yang harus diperhatian, faktor yang mempengaruhi, dan ragam berbicara.
Pengertian Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang bertujuan untuk mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan secara lisan sebagai bagian proses komunikasi dengan kepada orang lain.
Selama melakukan proses berbicara, pada saat yang sama seseorang akan mengalami proses berpikir. Sedangkan proses berpikir itu berdasar pada serangkaian pengalamannya.
Adapun tujuan proses berpikir selama berbicara adalah untuk mengungkapkan ide dan gagasannya secara lebih luas (divergen thingking).
Faktanya, keterampilan berbicara erat kaitannya dengan faktor pengembangan berpikir berdasarkan pengalaman. Di sisi lain, pengalaman-pengalaman yang mendasari proses berpikir dapat berasal dari kegiatan membaca, menyimak, pengamatan, dan diskusi.
Pengertian berbicara secara umum merupakan kegiatan komunikasi lisan yang mengikutsertakan sebagian besar dari anggota tubuh manusia.
Komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam usaha menyampaikan pesan secara lisan kepada individu yang lain atau juga sekelompok orang yang kemudian disebut dengan majelis atau audience (Dipodjojo, 1982).
Unsur Keterampilan Berbicara
Setidaknya terdapat tiga unsur yang harus terpenuhi agar terjadi proses berbicara, yaitu: pembicara, pembicaraan atau pesan, dan lawan bicara.
Hal-hal yang sangat penting untuk diperhatikan untuk memenuhi unsur proses berbicara sebagai berikut.
Pertama, kepada siapa ia berbicara atau bagaimana keadaan audience,
Kedua, kapan waktu yang tepat untuk bicara,
Ketiga, tempat di mana ia berbicara.
Proses komunikasi akan berhasil terlaksana dengan baik manakala seorang pembicara memperhatikan hal-hal tersebut.
James (dalam Dipodjojo, 1982: 64) menyatakan bahwa seseorang ketika berbicara ingin menyampaikan gagasan dalam pikiran dan perasaannya, maka orang tersebut adalah pemberi informasi.
Selanjutnya informasi tersebut kemudian dirumuskan ke dalam bentuk sandi. Bentuk sandi tersebut adalah Bahasa Indonesia (penyandi).
Rumusan hasilnya merupakan bentuk pernyataan atau pesan yang kemudian disampaikan secara lisan melalui saluran udara atau gelombang.
Oleh pendengarnya, bunyi dalam Bahasa Indonesia tersebut diterima sehingga ia disebut dengan penerima.
Kemampuan berbicara yang baik tidak begitu saja diperoleh dengan sendirinya. Melainkan seseorang harus mengalami proses pengayaan melalui kegiatan berlatih, diskusi, membaca, dan pengalaman) sebagai bahan referensi.
Faktanya, semain banyak pengalaman dan referensi bacaan seseorang, maka semakin menarik pula penyajian informasi seseorang pada saat ia berbicara.
Seorang public speaking membutuhkan latihan, praktik, dan juga pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari untuk dapat tampil prima manakala berbicara.
Demikian pula baik tidaknya kompetensi peserta didik dapat tercermin melalui keterampilan berbicaranya.
Artikel yang Paling Banyak Dicari:
- Ringkasan Materi Tes PPPK Kompetensi Profesional Bahasa Indonesia
- Wajib Tahu! Soal Seleksi PPPK: Integritas Sosiokultural
Proses Latihan dalam Keterampilan Berbicara
Untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan berbicara peserta didik membutuhkan pemberian bentuk-bentuk tugas.
Bentuk penugasan kegiatan berbicara yang dapat dilatihkan pada peserta didik misalnya bercerita, wawancara, bercakap-cakap, berpidato, dan berdiskusi.
1. Faktor yang Menunjang Keterampilan Berbicara
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kemampuan dan keterampilan berbicara seseorang. Kedua faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara seseorang tersebut yakni penguasaan kebahasaan dan non kebahasaan.
Penjelasan kedua faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara tersebut selengkapnya sebagai berikut.
a. Faktor Kdebahasaan
Faktor kebahasaan pada diri seseorang sangat berpengaruh terhadap efektivitas berbicara seseorang.
Sedangkan faktor kebahasaan masih terbagi ke dalam beberapa unsur, yaitu: ketepatan bunyi (ucapan), penempatan tekanan, nada, sendi, durasi yang sesuai, diksi atau pilihan kata, dan kalimat efektif.
1) Ketepatan Bunyi atau Ucapan
Ketepatan bunyi atau ucapan harus jelas terdengar oleh lawan bicara. Kejelasan dan ketepatan bunyi dan ucapan terpengaruh oleh gerakan alat-alat ucap utamanya lidah, bibir, dan gigi.
Gerakan alat ucap yang tidak leluasan atau tertahan-tahan berakibat pada tidak normalnya suara yang keluar sehingga hasilnya kurang jelas terdengar.
Volume suara juga harus sesuai agar tidak terlalu lemah atau sebaliknya terlalu keras. Jika menggunakan pengeras suara, volume juga harus disesuaikan dengan luasnya ruang dan banyaknya peserta.
Pringgawidagda (2003: 9) menyatkan bahwa kaitannya dengan olah suara atau tata bunyi ini, hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah:
Pertama, logat baku tidak bercampur dengan dialek tidak baku.
Kedua, lafal harus tegas dan jelas.
Ketiga, nafas kuat agar dapat menguraikan kalimat yang cukup panjang atau tidak terputus dalam wicara.
Keempat, tempo atau cepat lambat suara dan dinamik (intonasi, aksen, dan tekanan) suara.
Kelima, penghayatan pembicara yang mana membutuhkan penjiwaan agar sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi.
2) Penempatan Tekanan, Nada, Sendi, dan Durasi
Bagi pendengar seseorang pembicara akan memiliki daya tarik sendiri manakala mampu mengatur kesesuaian penempatan atau penggunaan nada, sendi, dan juga tempo dan durasi bicara.
Seringkali unsur-unsur tersebut malah menjadi faktor penentu keberhasilan penyampaian informasi melalui kegiatan berbicara. Selain itu juga menentukan tingkat keterampilan berbicara seseorang.
Kekeliruan dalam menempatkan unsur-unsur tersebut dapat berakibat pada kurang jelasnya isi dan pesan yang ingin disampaikan pada lawan bicara.
Faktanya, apabila penyampaian materi menggunakan intonasi yang datar saja maka hampir dapat dipastikan timbul kejenuhan pada diri lawan bicara. Sehingga berimbas pada tidak efektifnya proses berbicara.
3) Diksi atau Pilihan Kata
Situasasi pembicaraan turut mempengaruhi variasi pemakaian bahasa dan pilihan kata atau diksi yang dipergunakan.
Adapun wujud variasi pemakaian bahasa dapat melalui lafal, ejaan, pilihan kata, dan tata kalimat.
Sikap pembicara juga berpengaruh terhadap penggunaan pilihan kata atau diksi. Sikap yang berkaitan dengan umur dan kedudukan lawan bicara, permasalahan, serta tujuan informasi.
Diksi atau pilihan kata yang tepat dapat berarti bahwa pilihan kata-kata harus sesuai dengan kepribadian pembicara atau komunikator, jenis pesan, keadaan lawan bicara, dan situasi komunikasi.
Misalnya pilihan kata dan penggunaannya dalam pidato pertemuan resmi tentu saja akan berbeda dengan diksi pada pidato pertemuan informal.
Prinsip Ketepatan Penggunaan Kata atau Diksi
Pembicara perlu memperhatikan beberapa prinsip untuk memperoleh ketepatan dalam penggunaan diksi atau pilihan kata.
Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah:
Pertama, hindari penggunaan kata-kata yang klise.
Kedua, penggunaan bahasa pasaran harus secara hati-hati.
Ketiga, kata-kata pungut juga harus ekstra hati-hati.
Keempat, menghindari penggunaan kata-kata yang tidak sopan dan cenderung vulgar.
Kelima, tidak menggunakan penjulukan.
Keenam, tidak menggunakan eufisme yang berlebihan.
Pilihan kata yang digunakan selain harus tepat dan jelas, harus juga menarik dan mampu menimbulkan kesan yang kuat, hidup, dan menarik perhatian bagi pendengar.
Cara mendapatkan kata-kata yang menarik bagi pendengar dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya:
Pertama, pilih kata-kata yang menyentuh langsung diri khalayak atau lawan bicara.
Kedua, gunakan kata-kata yang berona. Kata-kata yang berona adalah kata-kata yang dapat melukiskan sikap dan perasaan serta juga keadaan.
Ketiga, menggunakan bahasa figuratif. Bahasa figuratif adalah bahasa yang terbentuk sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan yang indah.
Keempat, gunakan kata-kata tindakan atau action words menggunakan kata-kata aktif.
3) Kalimat yang Efektif
Kalimat yang benar, baik, dan tepat merupakan indikasi bahwa kalimat tersebut adalah kalimat yang efektif.
Kalimat yang efektif dapat menjamin keberhasilan penerimaan pesan dari pembicara kepada lawan bicara.
b. Faktor Non Kebahasaan
Sedangkan faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara dari aspek non kebahasaan sebagai berikut.
1) Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku
Keberhasilan dalam proses berbicara sedikit banyak terpengaruh oleh kesan pertama yang timbul dari sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku.
Oleh sebab itu dalam berbicara seseorang harus dapat bersikap wajar, tidak kaku, dan tenang.
Sikap tersebut sangat bergantung pada situasi dan kondisi pada saat proses pembicaraan berlangsung.
Kepercayaan pendengar terhadap pembicara dapat terbentuk dengan sendirinya apabila pembicara mampu bersikap secara wajar, tenang, dan tidak kaku.
Ketiga hal tersebut dapat terus tumbuh apabila pembicara sering melakukan praktik berbicara dan menguasai materi serta latihan yang cukup.
2) Kontak mata atau pandangan pembicara harus mengarah kepada audien atau khalayak pendengar
Kontak mata antara pembicara dengan pendengarnya sangat penting pada saat pembicara melakukan pidato.
Pandangan pembicara terhadap khalayak harus merata ke seluruh ruangan. Pembicara harus memberikan pandangan positif dan penuh semangat.
Dengan demikian audien dapat berkonsentrasi terhadap apa yang pembicara sampaikan.
3) Gerak-gerik dan mimik yang tepat
Dalam sebuah pidato, gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat mendukung bahkan memperjelas isi pesan yang pembicara sampaikan.
4) Kenyaringan suara
Penyesuaian tingkat kenyaringan suara dengan memperhatikan situasi, jumlah pendengar, tempat, dan akustik.
Hal paling penting adalah pendengar dapat menerima suara pembicara dengan jelas.
Faktor Nonkebahasaan dalam Keterampilan Berbicara
5) Kelancaran
Pendengar dapat menerima dan menangkap isi pembicaraan dengan mudah manakala pembicara menyampaikan pesan atau isi pembicaraan dengan lancar.
6) Relevansi atau penalaran
Relevansi atau penalaran dari gagasan haruslah terhubung secara logis. Proses berpikir harus runtut dan logis untuk dapat sampai pada suatu simpulan.
Pembahasan lebih lanjut mengenai persiapan dan strategi keterampilan berbicara akan dipaparkan pada artikel Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Bagian 2.
Baca Juga:
- Keterampilan Menulis dalam Bahasa Indonesia Bagian 1
- Keterampilan Menulis dalam Bahasa Indonesia Bagian 2
Demikian paparan lengkap mengenai keterampilan berbicara Bahasa Indonesia bagian 1. Terima kasih dan semoga bermanfaat.